Minggu, 07 Oktober 2012

Review Jurnal (episode 3)

Holaaaa :D happy sunday :D
Kali ini saya akan mereview jurnal kelompok terakhir, yaitu kelompoknya Victoria Asti, dkk :) 
Let's cekidooot :D

Kelompok ini memilih jurnal yang berjudul "Pengaruh Visual Storytelling Komik Asing Pada Komik Indonesia Terbitan PT. Elex Media Komputindo Tahun 2004-2008". Latar belakang dibuatnya jurnal ini adalah karena pada tahun 1980-an, industri komik Indonesia mulai menurun dari segi kuantitas dan bersamaan dengan itu, komik terjemahan Eropa dan Amerika mulai terbit. Sejak saat itu, posisi industri komik dan para komikus lokal semakin terancam keberadaannya di negerinya sendiri.
Kemudian tahun 2000-an muncullah usaha dari PT. Elex Media Komputindo, penerbit komik terjemahan dari Jepang, yang berupaya menerbitkan komik hasil kreasi komikus Indonesia. Namun sayangnya, komik yang terbit ternyata membawa pengaruh komik asing, terutama Jepang, yang begitu kuat. 
Menurut Scott McCloud (2005) mengungkapkan bahwa visual storytelling pada akhirnya memiliki tujuan utama agar pembaca komik dapat mengerti dengan jelas cerita yang disampaikan dan juga mengajak pembaca untuk tetap mengikuti ceritanya. 
Sampel penelitian ini difokuskan pada komik yang diterbitkan oleh PT. Elex Media Komputindo tahun 200-an, diantaranya :
  • Grand Pandora karya Felix (2004)
  • Final Distance karya Is Yuniarto (2005)
  • Wind Rider karya Lukman Harry (2006)
  • Wayangbliz kabar kibar dan Hander (2007) dan 
  • Dark Venus karya Eric (2008) 
Alasan pemilihan sampel bergenre aksi tersebut karena didasarkan pada genre yang paling dominan diproduksi oleh negara Amerika, Eropa, dan Jepang. 
Data diperoleh dengan melakukan beberapa langkah, yaitu :
  1. Langkah pertama diawali dengan mengobservasi komik Indonesia terbitan PT. Elex Media Komputindo tahun 2000-an  รจ Dipilih ke dalam beberapa sampel berdasarkan klasifikasi genre yang berlaku dalam komik.
  2. Mengidentifikasi beberapa komik asing Amerika,  Jepang, dan eropa untuk dikaji terkait ciri khas elemen visual storytelling dari masing-masing komik negara tersebut. 
  3. Membandingkan  karakteristik elemen visual storytelling komik Jepang, Amerika, dan Eropa tersebut dengan karakteristik elemen visual storytelling pada komik Indonesia terbitan PT. Elex Media Komputindo tahun 2000-an.
Hasil penelitian dari jurnal ini adalah komik aksi terbitan PT. Elex Media Komputindo terpengaruh karakter visual storytelling dari komik asing. Jadi kesimpulannya, komik Indonesia yag terbit pada tahun 2000-an cenderung dipengaruhi komik Jepang namun lebih ekstrim dalam hal personalisasi karya atau lebih subjektif. Efeknya adalah membuat komik Indonesia cenderung memiliki pace lebih panjang namun menyederhanakan cerita karena dibatasi jumlah halaman. Adanya pengaruh komik Amerika dan komik Eropa dikarenakan karyanya pernah disukai atau dibaca juga oleh para komikus Indonesia. Pengaruh tersebut terlihat pada kecenderungan komikus Indonesia untuk berusaha memberi kesan ilustrasi yang relatif ekspresif walaupun tidak ada relevansinya dengan cerita. Selain itu, dilihat dari garis besar perkembangan komik Indonesia dengan diadopsinya gaya komik Jepang, menggambarkan putusnya hubungan antara komik Indonesia tahun 1960-1970-an dengan komik Indonesia kontemporer.







Sabtu, 29 September 2012

Review Jurnal (episode 2)

Holaa holaa holaa holaaaaa~
Ketemu lagi di review jurnal :D kali ini saya akan melanjutkan review jurnal minggu lalu. Minggu ini kelompok yang maju adalah kelompok 3, 4, dan 7. Langsung aja ya kita review jurnalnya :) cekidooot :D

Kelompok 3 

Jurnal yang dipilih kelompok 3 berjudul "Kecemburuan Pada Kaum Homoseksual Pria (Gay) di Jakarta". Tujuan dari penelitian ini adalah ingin mengetahui lebih lanjut mengenai gambaran kecemburuan pada kaum gay di Jakarta. Kecemburuan adalah bentuk lain dari pengalaman emosi negatif yang diakibatkan oleh hilangnya hubungan yang berharga terhadap objek yang dicemburui baik dalam kenyataan maupun imajinasi (Salovey, 1991 dalam Miller, et al., 2007). Homoseksual adalah individu yang memiliki ketertarikan seksual terhadap orang-orang yang memiliki jenis kelamin sama dengan dirinya (Cohn, 1974.34).
Metode yang digunakan adalah obervasi dan wawancara dengan menggunakan pendekatan kualitatif.  Metode wawancara sebagai metode pengumpulan data utama. Dan observasi digunakan sebagai penunjang  dalam berlangsungnya kegiatan wawancara. Responden berjumlah 3 orang yang berjenis kelamin laki-laki,memiliki orientasi homoseksual, usia dari 20-40 tahun,sudah pernah melakukan hubungan seksual, pendidikan minimal SMA, dan berdomisili dijakartadan sekitarnya. 
Hasilnya keseluruhan subyek mengalami hurt (luka), fear and anxiety (takut dan cemas). Sedangkan untuk anger (marah), hanya subyek 2 dan subyek 3 yang mengalaminya. Tipe kecemburuan yang dialami yaitu Reactive jealousy & Suspicious jealousy

Kelompok 4

Jurnal yang dipilih kelompok 4 berjudul "Efektivitas Metode Pembelajaran Gotong Royong (Cooperative Learning) Untuk Menurunkan Kecemasan Siswa Dalam Menghadapi Pelajaran Matematika" (Suatu studi Eksperimental pada Siswa di SMP 26 Semarang). Latar belakang dibuatnya jurnal ini adalah karena matematika merupakan salah satu pelajaran yang dianggap momok bagi sebagian pelajar, termasuk siswa SMP. Subjek penelitian yang digunakan adalah siswa kelas 2, SMP 26 Semarang berjumlah 32 orang yang dibagi menjadi dua kelompok.
Teori Hurlock 1997 mendefinisikan kecemasan sebagai keadaan mental yang tidak enak berkenaan dengan sakit yang mengancam atau yang dibayangkan, yang ditandai dengan kehawatiran, ketidak enakan, dan perasaan yang tidak baik, yang tidak dapat dihindari oleh seseorang. Metode pembelajaran gotong royong (cooperative learning) didefiniskan sebagai suatu sistem kerja atau belajar kelompok yang tersetruktur yang mencakup saling ketergantungan  positif, tanggung jawab perseornagan, interaksi personal, keahlian bersama dan evaluasi proses kelompok (Johnson & Jhonson 1994). 
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah  observasi, wawancara, dan skala kecemasan. Observasi yang dilakukan adalah observasi non-partisipan. 
Hasil dan kesimpulan dari penelitian ini adalah ada pengaruh pemberian perlakuan berupa Metode Pembelajaran Gotong Royong (Cooperative Learning) terhadap kecemasan siswa dalam menghadapi pelajaran matematika. Ada perbedaan kecemasan siswa dalam menghadapi pelajaran matematika pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen yang mendapat perlakuan mengalami penurunan skor kecemasan siswa dalam menghadapi pelajaran matematika, sedangkan kelompok kontrol tidak. Dan dengan menggunakan metode pembelajaran gotong royong, siswa menjadi rilex dalam menghadapi pelajaran matematika.

Kelompok 7

Jurnal kelompok 7 berjudul "Kohesivitas Suporter Tim Sepak Bola Persija". Alasan kelompok mengapa mengambil jurnal ini adalah ingin mengetahui setinggi apa rasa kohesivitas yang ada dalam kelompok The Jakmania ini. Kohesivitas adalah ketertarikan anggota-anggota dalam kelompok untuk melekat satu dengan yang lain agar menjadi sebuah kesatuan. Suporter  adalah orang yang memberikan dukungan, sokongan, dalam pertandingan (Alwi, 2005).  
Subjek penelitian ini adalah anggota The Jakmania dan merupakan bagian dari kelompok The Jak Kukusan, jumlah subjek sebanyak 2 orang yang masih dalam satu kelompok pada komunitas The Jak Kukusan. 

Menggunakan teknik wawancara, tipe wawancara terbuka. memungkinkan peneliti untuk memiliki panduan dalam mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan hal yang diteliti, namun pada saat yang bersamaan tetap fleksibel.Observasi menggunakan teknik observasi partisipasi dimana peneliti terlibat langsung secara aktif dalam objek yang diteliti sehingga memungkinkan informasi yang diperoleh dapat lebih maksimal dan diharapkan akan membantu dalam penelitian. Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat kohesivitas di dalam kelompok The Jakmania khususnya The Jak Kukusan. Hal ini terlihat dari aktifitas kelompok dalam komunitas maupun kelompok kecil, seperti bermain bola bareng, pulang pergi bareng, mengadakan bakti sosial, dll.
 

Teori Kecemasan

Kecemasan adalah keadaan yang menggambarkan suatu pengalaman subyektif mengenai ketegangan mental, kesukaran dan tekanan yang menyertai suatu konflik atau ancaman atau fenomena yang sangat tidak menyenangkan serta ada hubungannya berbagai perasaan yang sifatnya difuss, yang sering bergabung atau disertai gejala jasmani. Sebagian gangguan yang didasari oleh kecemasan ini merupakan nama baru dari gangguan neurotik atau neurosis.

Dari berbagai penelitian dan pemeriksaan psikologis termasuk terapi, gangguan neurotik ini umumnya lebih didasari oleh kepribadian atau kondisi psikologis yang lemah, kurang mantap, atau terlalu kaku dalam menghadapi berbagai permasalahan, yang justru berbeda dan sekaligus berubah-ubah sebagai upaya yang ternyata tak efektif untuk melindungi/menutupi kelemahan itu.

Istilah neurotik untuk pertama kali dikemukakan oleh William Cullen (1764) mengacu pada gangguan-gangguan sensasi dari sistem syaraf. Pada saat itu kondisi tersebut dianggap merefleksikan malfungsi neuron yang tampil dalam perilaku. Kemudian, keyakinan ini hilang setelah Freud menemukan peranan psikologis di latar belakangnya, bukan syaraf, sementara bukti untuk pendapat pertama tidak cukup signifikan.

Secara khusus, Freud mengemukakan bahwa neurotik merupakan tampilan dari konflik di dalam diri (inner conflict) yang melibatkan keinginan-keinginan yang tidak dapat dipenuhi karena adanya hambatan dari super ego, sedangkan ego tidak apat membuat suatu keputusan untuk mendamaikannya. Dalam upaya ini, terlihat apa yang disebut dengan kecemasan (anxiety), yaitu suatu perasaan yang sifatnya umum, dimana seseorang merasa ketakutan atau kehilangan kepercayaan diri yang tidak jelas asal maupun wujudnya.

Freud membagi kecemasan menjadi 3 jenis, yaitu:
  1. Kecemasan yang sumbernya obyektif/kecemasan nyata, yang disebut juga takut (fear).
  2. Kecemasanyang disebut kecemasan neurotik, yaitu kecemasan yang tidak memperlihatkan sebab dan ciri-ciri khas yang objektif.
  3. Kecemasan sebagai akibat dari adanya keinginan yang tertahan oleh hati nurani (conscience).
Menurut Jeffery S., (2003:164) beberapa ciri dan kecemasan adalah:Ciri Fisik: Kegelisahan, kegugupan, tangan atau anggota tubuh yang bergetar atau gemetar, banyak berkeringat, mulut atau kerongkongan terasa kering, sulit menelan, berdebar keras berdetak kencang, terdapat gangguan sakit perut atau mual, wajah terasa memerah dan merasa sensitif atau mudah marah.
Ciri Behavioral: Perilaku menghibur, perilaku melekat dan dependent, perilaku terguncang, khawatir tentang sesuatu, kecemasan akan kehilangan kontrol, berfikir bahwa semuanya tidak lagi bisa dikendalikan, pikiran terasa bercampur aduk atau kebingungan, sulit berkonsentrasi.

Jumat, 21 September 2012

Review Jurnal (episode 1)

Holaaaa :D
Hari Selasa lalu tanggal 18 September 2012 mata kuliah psikodiagnostik II diisi dengan presentasi kelompok. Masing-masing kelompok akan mempresentasikan hasil analisa jurnal yang mereka pilih. Hari itu yang maju untuk presentasi adalah kelompok 1, 2, dan 6. Berikut adalah review dari masing-masing kelompok. Cekidooot :D

Kelompok 1

Jurnal yang dipresentasikan oleh kelompok satu berjudul "Realitas Cinta Remaja Dimata Remaja Anak Perempuan" studi kasus sindrom cinta pada seorang perempuan remaja pasca film 'Ada Apa Dengan Cinta'. Mereka memilih jurnal tersebut karena menarik untuk kalangan remaja, terutama remaja perempuan. Penelitian tersebut menggunakan teori kultivasi, yaitu melibatkan proses belajar dan konstruksi dari pandangan realita sosial yang bergantung pada keadaan pribadi dan pengalaman setiap individu dan juga keanggotaan dalam kelompok. Subjek yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah remaja perempuan berusia 18 tahun, penikmat/penonton film Ada Apa Dengan Cinta dan film lain dengan gender remaja, penikmat musik pop remaja dan sinetron remaja, dan lingkungan pergaulan yang populer. Hipotesis peneliti terbukti, yaitu akibat rendahnya tingkat melek media serta pengaruh pengalaman pribadi, baik dari yang datang dari diri sendiri, keluarga, teman, maupun sekolah, informan yang masih berusia 18 tahun, sebagai remaja perempuan, ia masih rentan terhadap apa yang diberikan oleh media.
Jadi, kesimpulan pada jurnal tersebut adalah informan memiliki pengetahuan yang terbatas karena faktor usia, keluarga, sekolah, dan lingkungan pergaulannya, informan tergolong yang tidak melek media, informan tidak mampu melihat media secara kritis, dan kecenderungan informan memaknai apa yang ada di media secara dominan dan menerapkannya sebagai karakter dirinya.

Kelompok 2

Kelompok 2 mempresentasikan jurnal dengan judul "Mitos Tentang Kehamilan". Alasan kelompok 2 memilih jurnal tersebut adalah karena fenomena kehamilan paling banyak terjadi dan mudah ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Mitos adalah sisitem kepercayaan dari suatu kelompok manusia, yang berdiri atas sebuah landasan yang menjelaskan cerita-cerita yang suci berkaitan dengan masa lalu (Harsojo,1988). Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah wanita-wanita hamil 3 bulan tanggal 7 Agustus 2008 dan wanita hamil tanggal 25 Agustus 2008 yang berada di Aceh. Peneliti memilih daerah Aceh, karena daerah tersebut mewakili suatu daerah yang masih melakukan ritual-ritual tertentu khususnya pada mitos untuk wanita hamil. Observasi yang dilakukan dalam penelitian bersifat sistematik, dimana segala sesuatunya telah dirancang dan dilaksanakan sesuai dengan norma dan struktur ilmiah.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara membuktikan bahwa mitos masih sangat berpengaruh didaerah Aceh, dimana ibu-ibu yang hamil masih menjalankan tradisi yang menyertai proses kehamilan. Mereka mempercayai bahwa mitos merupakan pengetahuan turun temurun yang diwariskan dan berkembang sebagai konsep kebudayaan dan tradisi yang berlaku hampir disebagian besar masyarakat , yang pada akhirnya mampu membentuk pola perilaku yang menetap yang harus mereka laksanakan.

Kelompok 6

Jurnal kelompok 6 berjudul "Post Traumatic Growth Pada Penderita Kanker Payudara". Jurnal ini bertujuan untuk mengetahui dinamika post traumatic growth atau pertumbuhan pasca trauma menuju perubahan hidup yang positif dan ingin memahami lebih jauh lagi mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya post traumatic growth pada penderita kanker payudara. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dalam paradigma fenomenologi. Metode penelitian kualitatif dalam paradigma fenomenologi berusaha memahami arti (mencari makna) dari peristiwa dan kaitan-kaitannya dengan orang-orang biasa dalam situasi tertentu (Moleong, 2005).Subjek penelitian ini adalah seseorang yang dulunya pernah mengidap kanker payudara. Hasil dari jurnal tersebut adalah terdapat dua faktor yang mempengaruhi aspek post traumatic growth pada kedua informan. Faktor tersebut dapat dibagi menjadi faktor internal dan faktor eksternal. Dapat diketahui pula setidaknya 4 pertumbuhan pasca trauma (post traumatic growth) yang signifikan timbul dari perjuangan informan dalam mengahadapi penyakit kanker payudara ini, antara lain: peningkatan spiritualitas, positive improvement in life, proses sosial semakin tinggi, dan relasi sosial semakin baik.


Nah, jurnal kelompok 1, 2, dan 6 udah di review, kita lanjutin lagi minggu depan yaa dengan review dari jurnal kelompok selanjutnya yang tentu aja menarik untuk diketahui :)

See you :D :*

Sabtu, 15 September 2012

OBSERVASI

Observasi adalah metode pengambilan data yang paling kuat dalam psikologi, karena 70% didalam observasi adalah penginderaan visual pada manusia. Dalam melakukan observasi tidak boleh ada unsur subjektifitas, karena observasi hanya melihat dan mendengar.

Observasi dibagi menjadi 2 jenis, yaitu sistematik dan unsistematik.
Observasi sistematik mengacu pada metode ilmiah. Sedangkan observasi unsistematik tidak mengacu pada metode ilmiah. Tujuan utama metode observasi adalah untuk mendeskripsikan perilaku. Para ilmuwan berusaha mendeskripsikan perilaku selengkap dan seakurat mungkin. Observasi menjadi sumber yang kaya bagi berbagai hipotesis tentang perilaku. Observasi juga dapat menjadi langkah pertama dalam menemukan mengapa kita berperilaku dengan cara tertentu.

Metode-metode observasional dapat diklasifikasikan berdasarkan dua dimensi. pemilahan penting pertama adalah antara "observasi dengan intervensi (unatural)" dan "observasi tanpa intervensi (natural)". Dimensi yang kedua melibatkan metode pencatatan perilaku. Studi-studi observasi dapat dibedakan dalam kaitannya dengan apakah semua (atau hampir semua) perilaku dicatat atau apakah hanya unit-unit perilaku tertentu saja yang dicatat.

Observasi Tanpa Intervensi (Natural) adalah observasi terhadap perilaku dalam setting alamiah, tanpa upaya dari pihak pengamat untuk mengintervensi. Observasi naturalistik bertujuan untuk mendeskripsikan perilaku seperti yang terjadi secara normal dan meneliti hubungan diantara berbagai variabel. Observasi ini juga membantu memantapkan validitas eksternal temuan-temuan laboratoris.

Observasi Dengan Intervensi (Unatural) adalah observasi yang menggunakan intervensi untuk mengobservasi efek-efeknya dan mungkin untuk menguji teori. Tiga metode observasi dengan intervensi adalah observasi partisipan, observasi terstruktur, dan eksperimen. Dalam observasi partisipan pengamat memainkan peran ganda. Mereka ikut terlibat didalamnya dan mengobservasi perilaku orang-orang yang sedang mereka observasi . Sedangkan observasi non partisipan, pengamat tidak terlibat didalam situasi tersebut, hanya melihat dan mendengar saja.

Observasi terstruktur dirancang untuk mencatat perilaku yang mungkin sulit diobservasi dengan menggunakan observasi naturalis. Masalah dalam menginterpretasi observasi terstruktur dapat terjadi bila prosedur observasi yang sama tidak diikuti di semua observasi atau oleh semua pengamat, atau bila variabel-variabel pentingnya tidak dikontrol.
Sedangkan didalam eksperimen, peneliti biasanya memanipulasi sebuah variabel independen untuk menciptakan dua kondisi atau lebih dan kemudian mengukur efek variabel independen itu pada perlaku.

Untuk tetap bisa menjaga objektifitas dalam observasi, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu tetap mengacu pada teori yang ada, tidak melakukan penilaian, penelitinya harus lebih dari satu dan harus tahu tentang penelitian ilmiah.

Selain itu, dalam melakukan observasi juga harus mempunyai etika, diantaranya adalah tidak menyangkut hal-hal yang bersifat pribadi, dan tidak melakukan intervensi yang berlebihan.



Sumber : Shaughnessy, J.John., Zechmeister B.Eugene., Zechmeister, S.Jeane. 2007. Metodologi Penelitian edisi ketujuh. Yogyakarta : Pustaka Belajar.

Jumat, 18 Mei 2012

saturday night, i'm loving it :D

Holaaaa :D

Hari Sabtu lalu tanggal 12 Mei 2012 ada kuliah pengganti kuliah Psikodiagnostik I, tapi kuliah penggantinya outbound. Pas denger kabar kaya gitu rasanya maleeeeeees banget buat dateng -___- udah gitu mesti digabung sama anak teknik pula. Akhirnya dengan berat hati, mau ga mau harus mau, saya datang. Acaranya dimulai jam setengah 4, tapi karena datangnya pada ngaret, akhirnya dimulai sekitar jam 4an. Outboundnya itu diadain di lapangan ekonomi.

Pas baru sampai lapangan, semua anak psikologi dan teknik memakai name tag yg ditempel ke baju. Setelah itu, semuanya kumpul ditengah lapangan dan membuat lingkaran. Sebelum permainan intinya dimulai, kita semua disuruh nyanyi-nyanyi sambil joget sesuai dari intruksinya Ka Ernes (Psikologi,2009). Setelah cape nyanyi dan joget-joget, ada permainan kecil yang intruksinya kalo Ka Ernes atau Mas Seta bilang patung pancoran, kita mesti bergaya seperti patung pancoran. Kalo bilang dansa, semanya mesti berdansa dengan berpasangan, kalo bilang lampu merah, semua harus berbaris 3 orang seperti lampu merah, kalo bunga berpasangan berempat, dan yang terakhir dayung dengan berpasangan lima orang. Dan kalo yang ga kebagian pasangan disetiap perintah, ditarik kedepan dan mendapat hukuman. Setelah cape ketawa ngeliat temen-temen yang dihukum suruh nyanyi, kita semua kembali buat lingkaran, dan menghitung 1-4. Itu bertujuan untuk membagi kelompok. Setelah itu semuanya berkumpul dengan kelompok masing-masing.

Daaaan permainan inti pun dimulaaaaiiii jeng jeng jeng jeeeeeeeeng........

Permainan pertama bernama Transfer Water. Transfer water adalah permainan yang dibuat untuk bisa membuat strategi bagaimana caranya memindahkan botol tanpa tutup yang berisi air dari titik start sampai ke titik finish, yang ditaruh diatas selembar taplak meja makan dan airnya jangan sampai tumpah. Selain itu, semua anggota kelompok harus ikut memegang taplaknya. Didalam permainan ini, kita memilih satu orang untuk menjadi ketua yang bertugas untuk memberikan aba-aba kapan saatnya menaikkan taplak, mengatur tinggi rendahnya taplak, dan mulai melangkah. Semua anggota kelompok harus kompak, karena jika ada yang tidak kompak, maka botolnya akan miring atau tumpah.

Setelah berhasil menyelesaikan permainan pertama, kelompok saya (kelompok 2) melanjutkan ke permainan kedua, yang bernama Batman Trap. Batman trap adalah permainan yang dimana kita harus melewati arena yang terdapat rintangan membentuk zig zag dengan mata tertutup. Didalam permainan ini ada 3 orang yang dipilih dari kelompok yang bertugas sebagai observer untuk anggota-anggotanya yang lain. Disini kita harus benar-benar mendengarkan perintah yang diberikan agar bisa sampai ke garis finish dengan tidak menginjak garis atau menginjak balok rintangannya. Jika kita menginjak salah satu dari itu, maka kita harus memulainya dari awal lagi.

Dan permainan yang terakhir adalah Mini Nuklir. Didalam permainan ini kita ditugaskan untuk memindahkan 4 bola dengan menggunakan tali sesuai warna tiangnya dan tangan kita tidak boleh mengenai garis zona berbahaya. Jika ada tangan yang mengenai garis atau bolanya jatuh, maka harus diulang dari awal lagi. Disini kita memilih satu orang dari kelompok untuk menjadi ketua yang bertugas membimbing anggota dalam memindahkan bola. Di permainan yang terakhir ini, kelompok saya tidak berhasil menyelesaikannya karena waktu yang ditentukan telah habis dan bolanya belum ditempatkan ke tempat yang sesuai dengan warnanya.

Dari ketiga permainan tersebut, semua itu dirancang untuk membuat kerja sama yang baik dalam kelompok, sikap leadership, rasa percaya dengan ketua dan anggota kelompok, dan kekompakkan.

Setelah semua permainan selesai dan seluruh kelompok berkumpul lagi ditengah lapangan, Mas Seta menutup acara outbound dan kami semua berfoto bersama :D

Dan setelah acara selesai, saya merasa tidak menyesal telah datang hari itu walaupun sebelumnya saya merasa maleeeees banget untuk datang hehehehe. Kegiatan outbound tadi sangat memberikan manfaat buat saya, karena saya mendapatkan pengalaman baru dan teman-teman baru :)


Rabu, 28 Maret 2012

Tes Populasi Khusus dan Tes Kelompok


Holaaa, kali ini saya mau membahas sedikit tentang alat tes untuk populasi khusus dan tes kelompok :D

Pertama-tama kita mesti tau apa sih tes populasi khusus itu???
Tes populasi khusus adalah tes-tes yang digunakan untuk mengukur dari sisi usia, dsb, dan normal atau tidak normalnya seseorang. Maksudnya adalah tes ini dikembangkan untuk digunakan kepada orang yang tidak bisa diukur dengan cara yang biasa atau alat ukur tradisional. Misalnya seseorang yang memiliki pendengaran yang lebih, tetapi memiliki kekurangan dibagian lain. Contoh: tes untuk penyandang cacat, tuna grahita, tuna netra, dll. 

Selanjutnya apa itu tes kelompok???

Tes kelompok adalah tes yang dibuat untuk kebutuhan tertentu. Hal-hal yang menjadi dasar dari tes kelompok misalnya berdasarkan gender atau jenis kelamin, kelompok budaya, dll. Tes-tes kelompok digunakan terutama dalam sistem pendidikan, pegawai negeri, industri, dan dinas militer. Misalnya Army Alpha dan Army Beta yang digunakan dalam angkatan bersenjata AS. Army Alpha merupakan tes verbal yang dirancang untuk keperluan penyaringan umum dan penempatan. Sedangkan Army Beta merupakan tes non-bahasa yang digunakan orang-orang yang sama sekali tidak bisa di tes dengan Alpha karena latar belakang bahasa asing atau buta huruf. Pola yang dibangun oleh tes-tes ini diikuti secara ketat dalam pengembangan selanjutnya dari sejumlah tes kelompok untuk aplikasi sipil. Dalam dinas militer, Armed Forces Qualification Test (AFQT) dikembangkan sebagai alat penyaringan utama, disusul kumpulan tes klasifikasi multikecerdasan untuk menilai bidang keahlian jabatan. 

Oiya, selain membahas tes populasi khusus dan tes kelompok, saya juga mau membahas presentasi yang kemarin (26-03-2012) saya dan kelompok presentasikan, yaitu tentang aliran psikologi, khususnya psikologi pendidikan. Psikologi pendidikan adalah cabang psikologi yang khusus mengkaji pemahaman pengajaran dan pembelajaran dalam lingkungan pendidikan. Dalam psikologi pendidikan terdapat bermacam-macam tes, diantaranya: tes inteligensi individual, tes individual versus tes kelompok, tes standardisasi, tes kecakapan, dan tes prestasi. 

Seorang psikolog pendidikan harus tahu dan memahami kondisi siswanya, memahami perbedaan individual, implikasi perbedaan fisikdan psikologik antara laki-laki dan perempuan, dan perbedaan peran dan harapan antar keduanya. Selain itu psikolog pendidikan perlu terlibat dalam perencanaan kurikulum dan prosedur mengajar-belajar yang didasari ilmu mengenai belajar dan perlu penelitian-penelitian untuk menguji evektifitas prosedur didalam situasi sekolah.

Pengukuran kesiapan pendidikan meliputi kemampuan dan keterampilan sebagai prasyaratan yang memungkinkan fasilitas pendidikan pada tingkat pelajaran dengan tes potensi akademik atau tes kemampuan belajar. Pengukuran prestasi belajar, berfungsi:
  • Fungsi instruksinal, sebagai umpan balik bagi guru dan siswa, atas keberhasilan atau kegagalan dalam pelajaran atau keperluan perbaikan proses pengajaran.
  • Fungsi adminisrtatif, meliputi; seleksi dan penempatan sebagai sarana untuk menaring siswa dalam memenuhi prasyarat yang dibutuhkan atau memasukkan siswa dalam tingkat kelas tertentu,.
  • Fungsi bimbingan,tes juga dapat dijadikan sebagai alat diagnostic psikoedukasional dalam bentuk bimbingan,yang dapat digunakan saat memilih jurusan diperguruan tinggi, menemukan kemampuan-kemampuan yang belum tampak sebelumnya.