Sabtu, 29 September 2012

Review Jurnal (episode 2)

Holaa holaa holaa holaaaaa~
Ketemu lagi di review jurnal :D kali ini saya akan melanjutkan review jurnal minggu lalu. Minggu ini kelompok yang maju adalah kelompok 3, 4, dan 7. Langsung aja ya kita review jurnalnya :) cekidooot :D

Kelompok 3 

Jurnal yang dipilih kelompok 3 berjudul "Kecemburuan Pada Kaum Homoseksual Pria (Gay) di Jakarta". Tujuan dari penelitian ini adalah ingin mengetahui lebih lanjut mengenai gambaran kecemburuan pada kaum gay di Jakarta. Kecemburuan adalah bentuk lain dari pengalaman emosi negatif yang diakibatkan oleh hilangnya hubungan yang berharga terhadap objek yang dicemburui baik dalam kenyataan maupun imajinasi (Salovey, 1991 dalam Miller, et al., 2007). Homoseksual adalah individu yang memiliki ketertarikan seksual terhadap orang-orang yang memiliki jenis kelamin sama dengan dirinya (Cohn, 1974.34).
Metode yang digunakan adalah obervasi dan wawancara dengan menggunakan pendekatan kualitatif.  Metode wawancara sebagai metode pengumpulan data utama. Dan observasi digunakan sebagai penunjang  dalam berlangsungnya kegiatan wawancara. Responden berjumlah 3 orang yang berjenis kelamin laki-laki,memiliki orientasi homoseksual, usia dari 20-40 tahun,sudah pernah melakukan hubungan seksual, pendidikan minimal SMA, dan berdomisili dijakartadan sekitarnya. 
Hasilnya keseluruhan subyek mengalami hurt (luka), fear and anxiety (takut dan cemas). Sedangkan untuk anger (marah), hanya subyek 2 dan subyek 3 yang mengalaminya. Tipe kecemburuan yang dialami yaitu Reactive jealousy & Suspicious jealousy

Kelompok 4

Jurnal yang dipilih kelompok 4 berjudul "Efektivitas Metode Pembelajaran Gotong Royong (Cooperative Learning) Untuk Menurunkan Kecemasan Siswa Dalam Menghadapi Pelajaran Matematika" (Suatu studi Eksperimental pada Siswa di SMP 26 Semarang). Latar belakang dibuatnya jurnal ini adalah karena matematika merupakan salah satu pelajaran yang dianggap momok bagi sebagian pelajar, termasuk siswa SMP. Subjek penelitian yang digunakan adalah siswa kelas 2, SMP 26 Semarang berjumlah 32 orang yang dibagi menjadi dua kelompok.
Teori Hurlock 1997 mendefinisikan kecemasan sebagai keadaan mental yang tidak enak berkenaan dengan sakit yang mengancam atau yang dibayangkan, yang ditandai dengan kehawatiran, ketidak enakan, dan perasaan yang tidak baik, yang tidak dapat dihindari oleh seseorang. Metode pembelajaran gotong royong (cooperative learning) didefiniskan sebagai suatu sistem kerja atau belajar kelompok yang tersetruktur yang mencakup saling ketergantungan  positif, tanggung jawab perseornagan, interaksi personal, keahlian bersama dan evaluasi proses kelompok (Johnson & Jhonson 1994). 
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah  observasi, wawancara, dan skala kecemasan. Observasi yang dilakukan adalah observasi non-partisipan. 
Hasil dan kesimpulan dari penelitian ini adalah ada pengaruh pemberian perlakuan berupa Metode Pembelajaran Gotong Royong (Cooperative Learning) terhadap kecemasan siswa dalam menghadapi pelajaran matematika. Ada perbedaan kecemasan siswa dalam menghadapi pelajaran matematika pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen yang mendapat perlakuan mengalami penurunan skor kecemasan siswa dalam menghadapi pelajaran matematika, sedangkan kelompok kontrol tidak. Dan dengan menggunakan metode pembelajaran gotong royong, siswa menjadi rilex dalam menghadapi pelajaran matematika.

Kelompok 7

Jurnal kelompok 7 berjudul "Kohesivitas Suporter Tim Sepak Bola Persija". Alasan kelompok mengapa mengambil jurnal ini adalah ingin mengetahui setinggi apa rasa kohesivitas yang ada dalam kelompok The Jakmania ini. Kohesivitas adalah ketertarikan anggota-anggota dalam kelompok untuk melekat satu dengan yang lain agar menjadi sebuah kesatuan. Suporter  adalah orang yang memberikan dukungan, sokongan, dalam pertandingan (Alwi, 2005).  
Subjek penelitian ini adalah anggota The Jakmania dan merupakan bagian dari kelompok The Jak Kukusan, jumlah subjek sebanyak 2 orang yang masih dalam satu kelompok pada komunitas The Jak Kukusan. 

Menggunakan teknik wawancara, tipe wawancara terbuka. memungkinkan peneliti untuk memiliki panduan dalam mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan hal yang diteliti, namun pada saat yang bersamaan tetap fleksibel.Observasi menggunakan teknik observasi partisipasi dimana peneliti terlibat langsung secara aktif dalam objek yang diteliti sehingga memungkinkan informasi yang diperoleh dapat lebih maksimal dan diharapkan akan membantu dalam penelitian. Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat kohesivitas di dalam kelompok The Jakmania khususnya The Jak Kukusan. Hal ini terlihat dari aktifitas kelompok dalam komunitas maupun kelompok kecil, seperti bermain bola bareng, pulang pergi bareng, mengadakan bakti sosial, dll.
 

Teori Kecemasan

Kecemasan adalah keadaan yang menggambarkan suatu pengalaman subyektif mengenai ketegangan mental, kesukaran dan tekanan yang menyertai suatu konflik atau ancaman atau fenomena yang sangat tidak menyenangkan serta ada hubungannya berbagai perasaan yang sifatnya difuss, yang sering bergabung atau disertai gejala jasmani. Sebagian gangguan yang didasari oleh kecemasan ini merupakan nama baru dari gangguan neurotik atau neurosis.

Dari berbagai penelitian dan pemeriksaan psikologis termasuk terapi, gangguan neurotik ini umumnya lebih didasari oleh kepribadian atau kondisi psikologis yang lemah, kurang mantap, atau terlalu kaku dalam menghadapi berbagai permasalahan, yang justru berbeda dan sekaligus berubah-ubah sebagai upaya yang ternyata tak efektif untuk melindungi/menutupi kelemahan itu.

Istilah neurotik untuk pertama kali dikemukakan oleh William Cullen (1764) mengacu pada gangguan-gangguan sensasi dari sistem syaraf. Pada saat itu kondisi tersebut dianggap merefleksikan malfungsi neuron yang tampil dalam perilaku. Kemudian, keyakinan ini hilang setelah Freud menemukan peranan psikologis di latar belakangnya, bukan syaraf, sementara bukti untuk pendapat pertama tidak cukup signifikan.

Secara khusus, Freud mengemukakan bahwa neurotik merupakan tampilan dari konflik di dalam diri (inner conflict) yang melibatkan keinginan-keinginan yang tidak dapat dipenuhi karena adanya hambatan dari super ego, sedangkan ego tidak apat membuat suatu keputusan untuk mendamaikannya. Dalam upaya ini, terlihat apa yang disebut dengan kecemasan (anxiety), yaitu suatu perasaan yang sifatnya umum, dimana seseorang merasa ketakutan atau kehilangan kepercayaan diri yang tidak jelas asal maupun wujudnya.

Freud membagi kecemasan menjadi 3 jenis, yaitu:
  1. Kecemasan yang sumbernya obyektif/kecemasan nyata, yang disebut juga takut (fear).
  2. Kecemasanyang disebut kecemasan neurotik, yaitu kecemasan yang tidak memperlihatkan sebab dan ciri-ciri khas yang objektif.
  3. Kecemasan sebagai akibat dari adanya keinginan yang tertahan oleh hati nurani (conscience).
Menurut Jeffery S., (2003:164) beberapa ciri dan kecemasan adalah:Ciri Fisik: Kegelisahan, kegugupan, tangan atau anggota tubuh yang bergetar atau gemetar, banyak berkeringat, mulut atau kerongkongan terasa kering, sulit menelan, berdebar keras berdetak kencang, terdapat gangguan sakit perut atau mual, wajah terasa memerah dan merasa sensitif atau mudah marah.
Ciri Behavioral: Perilaku menghibur, perilaku melekat dan dependent, perilaku terguncang, khawatir tentang sesuatu, kecemasan akan kehilangan kontrol, berfikir bahwa semuanya tidak lagi bisa dikendalikan, pikiran terasa bercampur aduk atau kebingungan, sulit berkonsentrasi.

Jumat, 21 September 2012

Review Jurnal (episode 1)

Holaaaa :D
Hari Selasa lalu tanggal 18 September 2012 mata kuliah psikodiagnostik II diisi dengan presentasi kelompok. Masing-masing kelompok akan mempresentasikan hasil analisa jurnal yang mereka pilih. Hari itu yang maju untuk presentasi adalah kelompok 1, 2, dan 6. Berikut adalah review dari masing-masing kelompok. Cekidooot :D

Kelompok 1

Jurnal yang dipresentasikan oleh kelompok satu berjudul "Realitas Cinta Remaja Dimata Remaja Anak Perempuan" studi kasus sindrom cinta pada seorang perempuan remaja pasca film 'Ada Apa Dengan Cinta'. Mereka memilih jurnal tersebut karena menarik untuk kalangan remaja, terutama remaja perempuan. Penelitian tersebut menggunakan teori kultivasi, yaitu melibatkan proses belajar dan konstruksi dari pandangan realita sosial yang bergantung pada keadaan pribadi dan pengalaman setiap individu dan juga keanggotaan dalam kelompok. Subjek yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah remaja perempuan berusia 18 tahun, penikmat/penonton film Ada Apa Dengan Cinta dan film lain dengan gender remaja, penikmat musik pop remaja dan sinetron remaja, dan lingkungan pergaulan yang populer. Hipotesis peneliti terbukti, yaitu akibat rendahnya tingkat melek media serta pengaruh pengalaman pribadi, baik dari yang datang dari diri sendiri, keluarga, teman, maupun sekolah, informan yang masih berusia 18 tahun, sebagai remaja perempuan, ia masih rentan terhadap apa yang diberikan oleh media.
Jadi, kesimpulan pada jurnal tersebut adalah informan memiliki pengetahuan yang terbatas karena faktor usia, keluarga, sekolah, dan lingkungan pergaulannya, informan tergolong yang tidak melek media, informan tidak mampu melihat media secara kritis, dan kecenderungan informan memaknai apa yang ada di media secara dominan dan menerapkannya sebagai karakter dirinya.

Kelompok 2

Kelompok 2 mempresentasikan jurnal dengan judul "Mitos Tentang Kehamilan". Alasan kelompok 2 memilih jurnal tersebut adalah karena fenomena kehamilan paling banyak terjadi dan mudah ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Mitos adalah sisitem kepercayaan dari suatu kelompok manusia, yang berdiri atas sebuah landasan yang menjelaskan cerita-cerita yang suci berkaitan dengan masa lalu (Harsojo,1988). Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah wanita-wanita hamil 3 bulan tanggal 7 Agustus 2008 dan wanita hamil tanggal 25 Agustus 2008 yang berada di Aceh. Peneliti memilih daerah Aceh, karena daerah tersebut mewakili suatu daerah yang masih melakukan ritual-ritual tertentu khususnya pada mitos untuk wanita hamil. Observasi yang dilakukan dalam penelitian bersifat sistematik, dimana segala sesuatunya telah dirancang dan dilaksanakan sesuai dengan norma dan struktur ilmiah.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara membuktikan bahwa mitos masih sangat berpengaruh didaerah Aceh, dimana ibu-ibu yang hamil masih menjalankan tradisi yang menyertai proses kehamilan. Mereka mempercayai bahwa mitos merupakan pengetahuan turun temurun yang diwariskan dan berkembang sebagai konsep kebudayaan dan tradisi yang berlaku hampir disebagian besar masyarakat , yang pada akhirnya mampu membentuk pola perilaku yang menetap yang harus mereka laksanakan.

Kelompok 6

Jurnal kelompok 6 berjudul "Post Traumatic Growth Pada Penderita Kanker Payudara". Jurnal ini bertujuan untuk mengetahui dinamika post traumatic growth atau pertumbuhan pasca trauma menuju perubahan hidup yang positif dan ingin memahami lebih jauh lagi mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya post traumatic growth pada penderita kanker payudara. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dalam paradigma fenomenologi. Metode penelitian kualitatif dalam paradigma fenomenologi berusaha memahami arti (mencari makna) dari peristiwa dan kaitan-kaitannya dengan orang-orang biasa dalam situasi tertentu (Moleong, 2005).Subjek penelitian ini adalah seseorang yang dulunya pernah mengidap kanker payudara. Hasil dari jurnal tersebut adalah terdapat dua faktor yang mempengaruhi aspek post traumatic growth pada kedua informan. Faktor tersebut dapat dibagi menjadi faktor internal dan faktor eksternal. Dapat diketahui pula setidaknya 4 pertumbuhan pasca trauma (post traumatic growth) yang signifikan timbul dari perjuangan informan dalam mengahadapi penyakit kanker payudara ini, antara lain: peningkatan spiritualitas, positive improvement in life, proses sosial semakin tinggi, dan relasi sosial semakin baik.


Nah, jurnal kelompok 1, 2, dan 6 udah di review, kita lanjutin lagi minggu depan yaa dengan review dari jurnal kelompok selanjutnya yang tentu aja menarik untuk diketahui :)

See you :D :*

Sabtu, 15 September 2012

OBSERVASI

Observasi adalah metode pengambilan data yang paling kuat dalam psikologi, karena 70% didalam observasi adalah penginderaan visual pada manusia. Dalam melakukan observasi tidak boleh ada unsur subjektifitas, karena observasi hanya melihat dan mendengar.

Observasi dibagi menjadi 2 jenis, yaitu sistematik dan unsistematik.
Observasi sistematik mengacu pada metode ilmiah. Sedangkan observasi unsistematik tidak mengacu pada metode ilmiah. Tujuan utama metode observasi adalah untuk mendeskripsikan perilaku. Para ilmuwan berusaha mendeskripsikan perilaku selengkap dan seakurat mungkin. Observasi menjadi sumber yang kaya bagi berbagai hipotesis tentang perilaku. Observasi juga dapat menjadi langkah pertama dalam menemukan mengapa kita berperilaku dengan cara tertentu.

Metode-metode observasional dapat diklasifikasikan berdasarkan dua dimensi. pemilahan penting pertama adalah antara "observasi dengan intervensi (unatural)" dan "observasi tanpa intervensi (natural)". Dimensi yang kedua melibatkan metode pencatatan perilaku. Studi-studi observasi dapat dibedakan dalam kaitannya dengan apakah semua (atau hampir semua) perilaku dicatat atau apakah hanya unit-unit perilaku tertentu saja yang dicatat.

Observasi Tanpa Intervensi (Natural) adalah observasi terhadap perilaku dalam setting alamiah, tanpa upaya dari pihak pengamat untuk mengintervensi. Observasi naturalistik bertujuan untuk mendeskripsikan perilaku seperti yang terjadi secara normal dan meneliti hubungan diantara berbagai variabel. Observasi ini juga membantu memantapkan validitas eksternal temuan-temuan laboratoris.

Observasi Dengan Intervensi (Unatural) adalah observasi yang menggunakan intervensi untuk mengobservasi efek-efeknya dan mungkin untuk menguji teori. Tiga metode observasi dengan intervensi adalah observasi partisipan, observasi terstruktur, dan eksperimen. Dalam observasi partisipan pengamat memainkan peran ganda. Mereka ikut terlibat didalamnya dan mengobservasi perilaku orang-orang yang sedang mereka observasi . Sedangkan observasi non partisipan, pengamat tidak terlibat didalam situasi tersebut, hanya melihat dan mendengar saja.

Observasi terstruktur dirancang untuk mencatat perilaku yang mungkin sulit diobservasi dengan menggunakan observasi naturalis. Masalah dalam menginterpretasi observasi terstruktur dapat terjadi bila prosedur observasi yang sama tidak diikuti di semua observasi atau oleh semua pengamat, atau bila variabel-variabel pentingnya tidak dikontrol.
Sedangkan didalam eksperimen, peneliti biasanya memanipulasi sebuah variabel independen untuk menciptakan dua kondisi atau lebih dan kemudian mengukur efek variabel independen itu pada perlaku.

Untuk tetap bisa menjaga objektifitas dalam observasi, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu tetap mengacu pada teori yang ada, tidak melakukan penilaian, penelitinya harus lebih dari satu dan harus tahu tentang penelitian ilmiah.

Selain itu, dalam melakukan observasi juga harus mempunyai etika, diantaranya adalah tidak menyangkut hal-hal yang bersifat pribadi, dan tidak melakukan intervensi yang berlebihan.



Sumber : Shaughnessy, J.John., Zechmeister B.Eugene., Zechmeister, S.Jeane. 2007. Metodologi Penelitian edisi ketujuh. Yogyakarta : Pustaka Belajar.